SEBANYAK 30 Industri Kecil dan Menengah (IKM) menjadi peserta dan menjalani pendampingan pada kegiatan Creative Business Incubator (CBI) yang telah diselenggarakan Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (Ditjen IKMA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
Menurut Direktur Jenderal (Dirjen) IKMA, Reni Yanita, pada 8 November 2024 kegiatan CBI telah memasuki tahap presentasi hasil capaian coaching.
“Sesuai target 30 IKM tersebut telah mempresentasikan hasil pendampingannya,” ujarnya dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (13/11).
Baca juga: Ditjen IKMA: IKM Furnitur Semakin Berdaya Saing Global, Ekspor Tembus Miliaran Dolar
Lebih lanjut, Reni mengatakan, Industri kreatif merupakan salah satu sektor usaha yang cukup banyak digeluti oleh para pelaku bisnis berusia muda.
Saat ini, sambungnya, berbagai bidang industri kreatif di tanah air seperti fesyen, kerajinan, dan furnitur, mulai melahirkan inovasi produk yang memiliki cerita unik dengan dibaluti sentuhan kearifan lokal, bahkan mengangkat nilai-nilai positif lainnya sebagai selling point produk.
“Para wirausaha generasi muda ini terbukti memiliki potensi besar dalam pengembangan industri kreatif di Indonesia, yang juga membawa dampak signifikan terhadap perekonomian masyarakat,” imbuhnya.
Baca juga: Kemenperin: Merambah ke Industri Kreatif, Nilai Tambah Sawit untuk Batik Terus Dipacu
Itulah sebabnya, Ditjen IKMA aktif berkontribusi dalam mengakselerasi perkembangan pelaku industri kreatif lokal khususnya pada sektor fesyen dan kriya melalui berbagai kegiatan pendampingan.
“Tentunya seluruh capaian itu juga berkat kontribusi seluruh pihak, termasuk Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK) selaku penyelenggara kegiatan, beserta seluruh tim pendamping yang telah membina para peserta selama proses inkubasi,” imbuh Reni.
CBI merupakan salah satu bentuk komitmen Kemenperin dalam mendorong pengembangan pelaku IKM fesyen dan kriya menuju level ke yang lebih tinggi.
Baca juga: Kemenperin Dorong Penguatan Daya Saing IKM Alat Angkut Kendaraan Listrik
“Apalagi, nilai tambah ekonomi kreatif pada triwulan I tahun 2024 diestimasikan menembus angka Rp749,58 triliun atau setara 55,65% dari target yang ingin dicapai sebesar Rp1.347 triliun sepanjang tahun ini,” jelasnya lagi..
Dirjen IKMA menambahkan, perkembangan industri kreatif perlu terus dioptimalkan dengan upaya sinergi bersama seluruh stakeholder.
“Semangat ini juga selaras dengan misi Asta Cita Bapak Presiden saat ini, khususnya pada misi nomor tiga, yakni meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan dan mengembangkan industri kreatif. Selain itu, misi nomor lima adalah melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri,” tuturnya.
Reni mengungkapkan bahwa untuk merealisasikan cita-cita tersebut perlu diiringi dengan semangat untuk terus berbenah dan meningkatkan kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan industri saat ini.
“Sehingga pelaku ekonomi kreatif bisa terus mengembangkan usahanya dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Indonesia,” ungkapnya.
Meningkatkan omzet
Sementara itu, Direktur Industri Aneka dan IKM Kimia, Sandang dan Kerajinan, Alexandra Arri Cahyani, menyampaikan, CBI menjadi salah satu wadah yang diciptakan untuk meningkatkan keterampilan, kemampuan, dan menjawab tantangan usaha bagi para pelaku IKM fesyen dan kriya.
“Melalui program ini banyak peserta CBI yang telah berhasil menaikkan omzet dengan memperluas potensi pasar, baik nasional maupun ekspor,” ujarnya.
Alexandra menyatakan, sudah banyak alumni CBI yang mampu melebarkan sayapnya dalam berbisnis dengan menghasilkan berbagai produk yang digemari dan mampu diterima pasar.
“Sebagai contoh IKM Eboni Watch, yang merupakan alumni CBI tahun 2018, telah mampu memproduksi dan memasarkan jam tangan kayu kontemporer dengan desain yang menarik,” ungkapnya.
Setelah IKM Eboni Watch mengikuti program coaching, mereka berhasil meningkatkan skala produksi hingga empat kali lipat, yang mulanya memproduksi 200 buah per bulan menjadi 650-800 buah per bulan. Produknya juga telah diakui melalui penghargaan dari kegiatan Indonesia Good Design Selection (IGDS) 2019-2021, Good Design Indonesia (GDI) 2020 dan Golden Pin Design Award Taiwan 2020.
Contoh kisah sukses lainnya adalah AUM Apparel selaku alumni program CBI pada tahun 2019. IKM produsen pakaian olahraga yoga yang berasal dari Bali tersebut, telah mampu memasarkan produknya ke seluruh daerah di Indoneisa.
Setelah mengikuti program CBI, omzetnya meningkat hingga 400%. AUM Apparel juga berhasil meningkatkan skala produksi yang semula 200 set per bulan menjadi 1.000 set per bulan. Bahkan, AUM Apparel telah menembus pasar luar negeri mulai dari Singapore, Amerika Serikat, Swiss, hingga Spanyol.
Kepala Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK), Dickie Sulistya Aprilyanto, mengatakan, pihaknya aktif mendorong peran industri kreatif agar selalu inovatif.
“Kehadiran BPIFK diharapkan dapat mendorong para pelaku industri kreatif tanah air agar lebih maju dan dapat terfasilitasi dengan baik,” ujarnya.
BPIFK yang sebelumnya dikenal dengan nama Bali Creative Industry Center (BCIC), juga memiliki tujuan untuk memperkuat ekosistem kewirausahaan di Indonesia, yang salah satunya berperan dalam prinsip 3C (Create, Connect, dan Catalyze).
“Create, yaitu fungsi BPIFK sebagai wadah bagi IKM untuk belajar dan mengasah kemampuan. Kemudian, Connect, BPIFK menjadi platform yang menghubungkan beragam stakeholder industri kreatif. Sedangkan, Catalyze, peran BPIFK sebagai akselerator dan booster bagi pertumbuhan dan perkembangan industri kreatif,” pungkas Dickie. (SG-1)